Banyak orang membaca doa istiftah dalam shalatnya :
وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ
Hanya sampai
وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Padahal berdasarkan hadits yang pernah saya baca tentang doa ini, lafadz-nya masih ada kelanjutannya. Lalu bagaimanakah hukum membaca doa istiftah yang kurang seperti yang dilakukan banyak orang tersebut?
Jawaban :
Memang benar bahwa sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih-nya lafadz doa istiftah tersebut cukup panjang, yaitu :
وَجَّهْتُ
وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا، وَمَا
أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي، وَنُسُكِي، وَمَحْيَايَ،
وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، لَا شَرِيكَ لَهُ، وَبِذَلِكَ
أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ، اللهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا
إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْتَ رَبِّي، وَأَنَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي،
وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا، إِنَّهُ لَا
يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ، وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ
لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا
يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ، لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ
وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ، أَنَا بِكَ
وَإِلَيْكَ، تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ
إِلَيْكَ
“WAJJAHTU WAJHIYA LILLADZII
FATHARAS SAMAAWAATI WAL ARDLA HANIIFAN WAMAA ANAA MINAL MUSYRIKIIN, INNA
SHALAATII WA NUSUKII WA MAHYAAYA WA MAMAATII LILLAHI RABBIL ‘AALAMIIN
LAA SYARIIKA LAHU WA BIDZAALIKA UMIRTU WA ANAA MINAL MUSLIMIIN,
ALLAHUMMA ANTAL MALIKU LAA ILAAHA ILLAA ANTA, ANTA RABBII WA ANAA
‘ABDUKA ZHALAMTU NAFSII WA’TARAFTU BI DZANBII FAGHFIL LII DZUNUUBII
JAMII’AN INNAHU LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUB ILLAA ANTA WAH DINII LIAHSANAIL
AKHLAAQ LAA YAHDII LIAHSANIHAA ILLAA ANTA WASHRIF ‘ANNII SAYYI`AHAA LAA
YASHRIFU ‘ANNII SAYYI`AHAA ILLAA ANTA LABBAIKA WA SA’DAIKA WAL KHAIRU
KULLUHU FII YADAIK WASY SYARRU LAISA ILAIKA ANAA BIKA WA ILAIKA
TABAARAKTA WA TA’AALAITA ASTAGHFIRUKA WA ATUUBU ILAIKA
“Aku hadapkan wajahku kepada
Dzat yang Maha Pencipta langit dan bumi sebagai muslim yang ikhlas dan
aku bukan termasuk orang yang musyrik. Sesungguhnya shalatku,
sembelihanku, hidupku dan matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb
semesta alam. Tidak ada sekutu bagiNya. Oleh karena itu aku patuh kepada
perintahNya, dan aku termasuk orang yang aku berserah diri. Ya Allah,
Engkaulah Maha Penguasa. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain
Engkau. Mahasuci Engkau dan Maha Terpuji. Engkaulah Tuhanku dan aku
adalah hambaMu. Aku telah menzhalimi diriku sendiri dan akui
dosa-dosaku. Karena itu ampunilah dosa-dosaku semuanya. Sesungguhnya
tidak ada yang bisa mengampuni segala dosa melainkan Engkau. Tunjukilah
aku akhlak yang paling terbaik. Tidak ada yang dapat menunjukkannya
melainkan hanya Engkau. Jauhkanlah akhlak yang buruk dariku, karena
sesungguhnya tidak ada yang sanggup menjauhkannya melainkan hanya
Engkau. Aka aku patuhi segala perintah-Mu, dan akan aku tolong agama-Mu.
Segala kebaikan berada di tangan-Mu. Sedangkan keburukan tidak datang
dari Mu. Orang yang tidak tersesat hanyalah orang yang Engkau beri
petunjuk. Aku berpegang teguh dengan-Mu dan kepada-Mu. Tidak ada
keberhasilan dan jalan keluar kecuali dari Mu. Maha Suci Engkau dan Maha
Tinggi. Kumohon ampunan dariMu dan aku bertobat kepadaMu” (HR. Muslim
2/185 – 186)
Namun boleh menyingkatnya jika
ada kebutuhan, semisal ketika mengimami orang banyak dan khawatir akan
memberatkan para makmum. Setelah menyebutkan beberapa doa istiftah dalam
kitab Al Adzkar, Imam An Nawawi rahimahullah berkata:
فيستحبّ
الجمع بينها كلها لمن صلى منفرداً، وللإِمام إذا أذن له المأمومون. فأما
إذا لم يأذنوا له فلا يطوِّل عليهم، بل يقتصر على بعض ذلك، وحَسُنَ
اقتصارُه على: وجّهت وجهي إلى قوله: من المسلمين، وكذلك المنفرد الذي يُؤثر
التخفيف
“Disunnahkan menggabungkan semua
doa istiftah tersebut bagi orang yang shalat sendirian, atau bagi imam
jika diizinkan oleh makmum. Adapun jika makmum tidak mengizinkannya,
hendaknya jangan membaca istiftah yang terlalu panjang. Hendaknya imam
mencukupkan diri pada sebagian doa saja. Bagus jika menyingkat doa
istiftah dengan hanya membaca mulai وجّهت وجهي sampai من المسلمين saja. Demikian juga orang yang shalat sendirian dan hanya ingin bacaan yang ringan” (Al Adzkar, 1/45)
Namun perlu diketahui bahwa bacaan istiftah itu banyak macamnya,
kurang lebih ada 12 macam doa yang shahih sebagaimana telah diteliti
oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani dalam kitabnya Sifah Shalatin
Nabiy. Dan diantara sekian banyak macam doa tersebut ada beberapa
bacaan istiftah yang pendek. Misalnya lafadz doa istiftah berikut:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ تَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ
“Maha suci Engkau, ya Allah. Ku
sucikan nama-Mu dengan memuji-Mu. Nama-Mu penuh berkah. Maha tinggi
Engkau. Tidak ilah yang berhak disembah selain Engkau” (HR.Abu Daud
1/124, An Nasa-i, 1/143, At Tirmidzi 2/9-10, Ad Darimi 1/282, Ibnu
Maajah 1/268. Dari sahabat Abu Sa’id Al Khudri, dihasankan oleh Al
Albani dalam Sifatu Shalatin Nabi 1/252)
Maka, bagi yang ingin
memperingan bacaan istiftah hendaknya membaca lafadz yang pendek jadi
tidak perlu memotongnya, sehingga lebih sempurna dalam mencontoh sunnah
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dan para sahabatnya.
Wallahu’alam.
No comments:
Post a Comment