foto hiasan |
Ilmu
7. Dari Abu Hurairah r.a : Pada suatu ketika Nabi saw sedang berbicara dengan orang ramai (memberi ceramah atau pengajian), tiba-tiba datang seorang Arab Dusun menanyakan kepada beliau, ‘Bilakah datangnya saat (kiamat)?’
Nabi saw tidak langsung menjawab, tetapi beliau meneruskan pembicaraannya dengan orang ramai. Kerana sikap Nabi saw yang demikian itu, sementara orang mengatakan Nabi saw mendengar pertanyaan itu, tetapi beliau tidak menyukainya dan setengah lagi mengatakan beliau tidak mendengarnya.
Setelah Nabi saw selesai berbicara, beliau bertanya, “Di mana orang yang bertanya perkara saat (kiamat) tadi?”
Orang itu menyahut, “Saya! Ya Rasulullah!”
Rasulullah saw bersabda, “Apabila amanah telah disia-siakan orang, maka waspadalah terhadap datangnya saat (kiamat).”
Tanya orang itu, “Bagaimanakah caranya disia-siakannya amanah?”
Jawab Nabi saw, “Apabila suatu urusan (pekerjaan) diserahkan kepada orang bukan ahlinya, maka waspadalah terhadap datangnya saat (kiamat/kehancuran)[Hadis 0049]
Pengajaran Hadis:
(a). Menyerahkan sesuatu urusan atau pekerjaan kepada orang bukan ahlinya bermaksud menyerahkan sesuatu urusan atau pekerjaan kepada orang yang tidak mengerti, tidak cekap, tidak jujur lalu akibatnya adalah kehancuran atau kebinasaan.
(b). Mengajarkan kita tatatertib bertanya dalam majlis, iaitu jika bertanya janganlah memotong pembicaraan orang yang sedang berbicara, kerana ia dapat mengganggu pembicara dan pendengar. Tunggulah saat yang bersesuaian untuk bertanya.
8. Dari Humaid bin Abdurrahman r.a : Beliau mendengar Muawiyah berkhutbah, katanya Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa dikehendaki Allah akan beroleh kebaikan, diberi-Nya pengertian dalam hal agama. Saya (Nabi saw) hanya membagi-bagikan, sedang yang memberi ialah Allah(1).
Selama (umat Islam) berdiri teguh di atas agama Allah, tidak satu pun penentang-penentang mereka yang sanggup membinasakan mereka sampai kiamat datang.” [Hadis 0058]
NOTAKAKI : (1)Maksud Nabi saw membagi-bagikan adalah menyiarkan, menyampaikan ilmu; sedang yang memasukkan ilmu itu ke dalam hati manusia ialah Allah SWT.
9. Dari Abdullah bin Mas’ud r.a : Rasulullah saw bersabda, “Jangan merasa iri hati, kecuali kepada dua orang:
(a). Orang yang diberi Allah harta, kemudian dipergunakannya untuk yang hak, dan
(b). Orang yang diberi oleh Allah hikmah (ilmu yang hak), kemudian dipergunakannya (untuk yang hak) serta diajarkannya.” [Hadis 0059]
10. Dari Ibnu Abbas r.a : Rasulullah saw merangkul saya (Ibnu Abbas) dan mendoakan, “Ya Allah, ajarkanlah kepadanya al-kitab (kitab Al-Quran).” [Hadis 0061]
12. Dari Abu Hurairah r.a : Ada orang bertanya kepada Nabi saw, ‘Siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafaat (pertolongan) Anda (Nabi saw) di hari kiamat?’
Jawab Nabi saw, “Saya kira, hai Abu Hurairah, belum ada orang bertanya perkara ini kepadaku sebelum ini. Mungkin barangkali kerana saya lihat engkau sangat rakus (ingin mendapat sesuatu dengan banyak) mendapatkan hadis.
Orang yang paling beruntung mendapat pertolonganku hari kiamat, ialah orang yang mengucapkan ‘Laa ilaaha illallaah’, benar-benar ikhlas dari hati sanubari dan seluruh jiwanya.” [Hadis 0075]
Penjelasan Hadis : Mengucapkan kalimah ‘Laa ilaaha illallaah’ dengan ikhlas akan membuahkan keperibadian yang baik. Dari keperibadian yang baik timbul amal yang baik. Oleh sebab itu mereka akan memperoleh syafaat Nabi saw di hari kiamat. Ikhlas beerti juga bebas syirik.
13. Dari Abdullah bin Amr bin Ash r.a : Nabi saw bersabda, “Allah tidak menarik kembali ilmu pengetahuan dengan jalan mencabutnya dari hati manusia, tetapi dengan jalan mematikan orang-orang berpengetahuan (ulama).
Apabila orang berpengetahuan telah punah (hilang/lenyap), maka masyarakat akan mengangkat orang-orang bodoh menjadi pemimpin yang akan dijadikan tempat bertanya. Orang-orang bodoh ini akan berfatwa tanpa ilmu; mereka sesat dan menyesatkan. [Hadis 0076]
Penjelasan Hadis : Kemajuan sesuatu umat bergantung kepada jumlah ulama dan orang terpelajarnya, kerana merekalah yang memimpin dan membimbing umat itu. Pemimpin yang bodoh akan memimpin umatnya (masyarakat) menuju kebinasaan.
14. Dari Abu Hurairah r.a : Nabi saw bersabda, “Namailah dirimu dengan namaku (Muhammad) dan jangan memakai gelaranku.
Siapa yang bermimpi melihat aku dalam tidurnya, sebenarnya ia melihatku kerana syaitan tidak mampu menjelma seperti aku.
Dan siapa yang sengaja berdusta (membuat hadis palsu) atas namaku, maka biarlah dia menempati tempatnya di neraka.” [Hadis 0080]
7. Dari Abu Hurairah r.a : Pada suatu ketika Nabi saw sedang berbicara dengan orang ramai (memberi ceramah atau pengajian), tiba-tiba datang seorang Arab Dusun menanyakan kepada beliau, ‘Bilakah datangnya saat (kiamat)?’
Nabi saw tidak langsung menjawab, tetapi beliau meneruskan pembicaraannya dengan orang ramai. Kerana sikap Nabi saw yang demikian itu, sementara orang mengatakan Nabi saw mendengar pertanyaan itu, tetapi beliau tidak menyukainya dan setengah lagi mengatakan beliau tidak mendengarnya.
Setelah Nabi saw selesai berbicara, beliau bertanya, “Di mana orang yang bertanya perkara saat (kiamat) tadi?”
Orang itu menyahut, “Saya! Ya Rasulullah!”
Rasulullah saw bersabda, “Apabila amanah telah disia-siakan orang, maka waspadalah terhadap datangnya saat (kiamat).”
Tanya orang itu, “Bagaimanakah caranya disia-siakannya amanah?”
Jawab Nabi saw, “Apabila suatu urusan (pekerjaan) diserahkan kepada orang bukan ahlinya, maka waspadalah terhadap datangnya saat (kiamat/kehancuran)[Hadis 0049]
Pengajaran Hadis:
(a). Menyerahkan sesuatu urusan atau pekerjaan kepada orang bukan ahlinya bermaksud menyerahkan sesuatu urusan atau pekerjaan kepada orang yang tidak mengerti, tidak cekap, tidak jujur lalu akibatnya adalah kehancuran atau kebinasaan.
(b). Mengajarkan kita tatatertib bertanya dalam majlis, iaitu jika bertanya janganlah memotong pembicaraan orang yang sedang berbicara, kerana ia dapat mengganggu pembicara dan pendengar. Tunggulah saat yang bersesuaian untuk bertanya.
8. Dari Humaid bin Abdurrahman r.a : Beliau mendengar Muawiyah berkhutbah, katanya Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa dikehendaki Allah akan beroleh kebaikan, diberi-Nya pengertian dalam hal agama. Saya (Nabi saw) hanya membagi-bagikan, sedang yang memberi ialah Allah(1).
Selama (umat Islam) berdiri teguh di atas agama Allah, tidak satu pun penentang-penentang mereka yang sanggup membinasakan mereka sampai kiamat datang.” [Hadis 0058]
NOTAKAKI : (1)Maksud Nabi saw membagi-bagikan adalah menyiarkan, menyampaikan ilmu; sedang yang memasukkan ilmu itu ke dalam hati manusia ialah Allah SWT.
9. Dari Abdullah bin Mas’ud r.a : Rasulullah saw bersabda, “Jangan merasa iri hati, kecuali kepada dua orang:
(a). Orang yang diberi Allah harta, kemudian dipergunakannya untuk yang hak, dan
(b). Orang yang diberi oleh Allah hikmah (ilmu yang hak), kemudian dipergunakannya (untuk yang hak) serta diajarkannya.” [Hadis 0059]
10. Dari Ibnu Abbas r.a : Rasulullah saw merangkul saya (Ibnu Abbas) dan mendoakan, “Ya Allah, ajarkanlah kepadanya al-kitab (kitab Al-Quran).” [Hadis 0061]
12. Dari Abu Hurairah r.a : Ada orang bertanya kepada Nabi saw, ‘Siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafaat (pertolongan) Anda (Nabi saw) di hari kiamat?’
Jawab Nabi saw, “Saya kira, hai Abu Hurairah, belum ada orang bertanya perkara ini kepadaku sebelum ini. Mungkin barangkali kerana saya lihat engkau sangat rakus (ingin mendapat sesuatu dengan banyak) mendapatkan hadis.
Orang yang paling beruntung mendapat pertolonganku hari kiamat, ialah orang yang mengucapkan ‘Laa ilaaha illallaah’, benar-benar ikhlas dari hati sanubari dan seluruh jiwanya.” [Hadis 0075]
Penjelasan Hadis : Mengucapkan kalimah ‘Laa ilaaha illallaah’ dengan ikhlas akan membuahkan keperibadian yang baik. Dari keperibadian yang baik timbul amal yang baik. Oleh sebab itu mereka akan memperoleh syafaat Nabi saw di hari kiamat. Ikhlas beerti juga bebas syirik.
13. Dari Abdullah bin Amr bin Ash r.a : Nabi saw bersabda, “Allah tidak menarik kembali ilmu pengetahuan dengan jalan mencabutnya dari hati manusia, tetapi dengan jalan mematikan orang-orang berpengetahuan (ulama).
Apabila orang berpengetahuan telah punah (hilang/lenyap), maka masyarakat akan mengangkat orang-orang bodoh menjadi pemimpin yang akan dijadikan tempat bertanya. Orang-orang bodoh ini akan berfatwa tanpa ilmu; mereka sesat dan menyesatkan. [Hadis 0076]
Penjelasan Hadis : Kemajuan sesuatu umat bergantung kepada jumlah ulama dan orang terpelajarnya, kerana merekalah yang memimpin dan membimbing umat itu. Pemimpin yang bodoh akan memimpin umatnya (masyarakat) menuju kebinasaan.
14. Dari Abu Hurairah r.a : Nabi saw bersabda, “Namailah dirimu dengan namaku (Muhammad) dan jangan memakai gelaranku.
Siapa yang bermimpi melihat aku dalam tidurnya, sebenarnya ia melihatku kerana syaitan tidak mampu menjelma seperti aku.
Dan siapa yang sengaja berdusta (membuat hadis palsu) atas namaku, maka biarlah dia menempati tempatnya di neraka.” [Hadis 0080]
No comments:
Post a Comment